Lagi dan lagi, permasalahan menghampiri kami, putus deh. Sebenarnya gak putus juga ce, cuman break gara-gara berantem. Mungkin ada yang beranggapan hubunganku kurang harmonis, gak bisa janjiin kebahagian. Susah sekali ngontrol nih perasaan. Antara rasa dan logika, mana yang harus aku duluin. Susah juga bagiku wat lepas dari dia selamanya, aku sangat mencintainya, dan ini sungguh tidak wajar. Selalu ada maaf dan maklum di hati ini. Jadi, kalau ada yang menganggap tidak sehat, aku terima dengan lapang dada, dan insyaalh aku akan buktikan bersama dengannya. Kami bisa berubah dan kami bisa memetik kebahagiaan.
Kadang ku ingin sekali lepas dan kembali menikmati peraanku yang dulu, mencintai orang yang selalu mengabaikanku. Aku berfikir membayangkannya saja jauh lebih menenangkan daripada harus terus memikirkan masalah denganmu. Dia pun pasti sering mikir pengen mengakhiri selamanya, karna mrasa capek dituntut terus, capek ngadepin aku.
Kalo ingat pas lg ada masalah, malas rasanya harus berumah tangga dengannya, pasti harus sering berlinang air mata dengan karakternya yang cenderung kasar, ego, sama persis seperti bapaknya. Apa jadinya aku nanti? cepet tua kali yaa...
Namun, sekali lagi, entah napa hati ini susah lepas darinya. Aku selalu takut kalo aku terlalu lama diemin rasa cintanya ma aku akan pudar. Itu sangat menyakitkan buat aku.
Apakah memang dia takdir yang Kau ciptakan untukku. Apa aku harus belajar dengan melewati semua ini?
Ada yang bilang kalau cinta gak seribet ini. Tergantung cara kita menyikapi, cara kita merelakan. iyaa,, karna wetonku jumat legi, aku tu orang yang sangat perasa, bahkan hal kecil bisa bikin hati tidak tenang dan jdi masalah. Bener aja kalo dibilang ribeet. Mestinya aku belajar ilmu sabaarr. Sabaar dalam segala hal. Sabar yang tanpa batas.
Pastinya agak berat sebelah donk kalo aku aja yang berusaha sabar mengalah demi keharmonisan. Ya Allah, hamba iklas menerimanya ya Raabb, namun hamba minta bukakan pintu hatinya untuk juga bersabar menghadapi masalah. Rasanya gak pantas kalau aku merubahnya karna aku blm bisa merubah diriku sendiri menjadi sosok yang dia mau. Maka, dia sendirilah yang seharusnya merubah diri.
to: mas E*o, aku mencintaimu karna Allah, mari untuk tidak saling menyakiti satu sama lain.
